• Struggle to get S.KM.



    Finally!!
    Hal yang paling ditunggu-tunggu sedari aku masuk universitas telah tercapai.
    Gak lengkap rasanya kalo aku gak cerita perjuangan untuk dapet gelar dibelakang namaku.
    Let's get start it~

    Sebelumnya, aku masuk di salah satu universitas negeri di Kota Semarang, namanya Universitas Negeri Semarang atau akrab dipanggil UNNES, banyak yang ngira kalo aku bakalan jadi guru, tapi tunggu dulu, meskipun UNNES memang dulunya IKIP (Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan) bukan berarti jurusan yang ada didalamnya hanya pendidikan tapi juga ada ilmu murni. Nah, aku ambil jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat atau sering disapa Kesmas.
    Aku punya cerita unik nih waktu ngambil jurusan untuk kuliah. Jadi, tahun 2014 waktu aku lulus SMA, aku pengen banget ambil jurusan yang berhubungan dengan sipil atau arsitek, ketertarikan itu muncul semenjak di SMA aku dapet materi perspektif dalam seni rupa, jadi, semacam menggambar bangunan 3 dimensi jadi 2 dimensi. Sehingga, saat pendaftaran SNMPTN aku minta izin untuk ambil jurusan sipil atau arsitek. Tapi ternyata, keluarga nolak, karena berpikir kalo aku gak bakal diterima, tapi karena aku masih muda dan ngerasa kalo gak pernah dipenuhin keinginanku, ngotot deh buat ngambil itu, dan terjadilah pertaruhan. Jadi, aku bertaruh sama keluargaku, aku bisa ambil jurusan apa aja untuk SNMPTN, tapi kalo sampe gak lulus, aku harus mau ditempatin dimanapun dengan jurusan apapun waktu SBMPTN. Dan, ketebak deh, anak durhaka sih, SNMPTN aku gak lolos dan pasrah dimasukin kemanapun dan jatuhlah pilihan keluargaku ke Perikanan dan Peternakan UNDIP, tapi karena masih sisa satu buat ambil jurusan lain, akhirnya diambilah Kesmas UNNES, berhubung secara passing grade lebih tinggi Kesmas, dan gak kepikiran akan lolos beneran, jadi ditaruh dipilihan pertama, eng ing eeeeng, lolos lah aku pada jurusan yang gak pernah terbesit, terlintas maupun terlihat dalam pikiranku.

    Aku bersyukur, aku bukan orang yang melampiaskan kekesalanku karena gak dapet apa yang aku mau. Jadi, ketika kuliah berlangsung ya biasa aja, bukan orang yang expert maupun exited dengan segala hal yang diajarkan ataupun jadi males gak pernah berangkat kuliah. Aku bener-bener orang biasa aja di kampus, bahkan aku gak hafal siapa aja yang satu jurusan sama aku hehe. Begitupun dengan dosen, sekitar semester 4, aku nemenin temenku buat ngurus KRS yang lupa diambil, ngurusnya ke sekretaris jurusan waktu itu, selesai ngurus, pamit pulang, dan beliau dengan nada tinggi nanya ke aku, gini sekilas percakapannya,
    "Hlo? Hla kamu, jurusan apa?"
    "Kesehatan Masyarakat Bu"
    "Semester berapa kamu?"
    "Sama Bu, semester 4"
    "Jangan bohong kamu, saya gak pernah liat kamu"
    Yaudah deh, speechless aja, gak ku jawab, cuma nyengir abis itu ngacir.
    Penah juga kejadian ketika semester 7, mau beli buku panduan skripsi ke TU, kebetulan ada dosen yang lagi duduk disana, dan yap, pertanyaannya sama,
    "Kamu mahasiswa IKM?"
    "Iya Bu"
    "Semester berapa?"
    "Semester 7 Bu"
    "Kok saya gak pernah liat kamu ya"
    Em.. speechless lagi deh.
    Kejadian terakhir, ketika aku daftar sidang skripsi, selama ini ketika buat surat atau butuh keperluan administrasi larinya ke TU, tapi waktu daftar skripsi, Bapak TU yang sudah kukenal selama 4 tahun responnya sama :")
    "Permisi Pak, saya mau daftar sidang"
    "Sidang? Sidang apa?"
    "Sidang skripsi Pak"
    "Hla kamu jurusan apa kok kesini"
    "Jurusan IKM Pak"
    "Masak sih?"
    "Semester berapa?"
    "Semester 9 Pak"
    "Kamu gak pernah ke TU ya, soalnya saya sama sekali gak pernah liat kamu"
    Untuk kesekian kali cuma bisa nyengir.

    Ngomongin soal perjuangan kuliah, tentu, perjuangan terberat adalah skripsi, karena tugas ini benar-benar ditanggung sendiri dan kelancarannya bergantung bagaimana kita menyikapinya.
    Dimulai dari semester 7, mahasiswa Kesmas input topik skripsi lewat sistem daring, aku memilih memasukkan tema sesuai dengan tugas seminar proposal saat itu, karena memang tema itu udah aku pelajarin bener-bener.
    Sekitar bulan November 2017, munculah nama dosen pembimbing skripsi, beliau adalah Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan, udah ketebak, karena dosen di peminatanku (Administrasi Kebijakan Kesehatan) hanya ada tiga, dan hampir tidak mungkin karena satu dosen kurang suka dengan tema skripsiku dan satunya lagi tidak pernah mengajarkan tema skripsiku. Awalnya takut beliau akan sibuk dan gak peduli sama mahasiswa bimbingannya, ternyata 180 derajat beda. Beliau mudah ditemuin asal dibawah jam 9 dan diatas jam 1 apabila tidak ada dinas luar, selama kegiatan beliau hanya dikampus, masih sangat mudah untuk ditemui, beliau juga bukan orang yang mempersulit mahasiswanya dalam skripsi, beliau memberikan pilihan dengan mengembalikan ke mahasiswanya, mau dibawa seperti apa skripsinya, dengan metode apa dikerjakan dan sebagainya. Tergolong orang beruntung karena mendapatkan dosen pembimbing yang asyik.

    Terkait skripsiku sendiri, tema yang aku ambil adalah kepuasan kerja, melibatkan salah satu BUMN yang terkenal dengan sulit diteliti oleh mahasiswa, karena tingkat kerahasiaannya yang tinggi, selain itu, aku ambil metode kualitatif untuk skripsi karena jujur saja aku kurang paham dengan metode kuantitatif. Awalnya, banyak dari temen-temen aku yang sama sekali gak dukung skripsiku akan selesai tepat waktu, dari segi perlibatan BUMN maupun metode kualitatif yang sering banget ditolak dan dihabisi dosen ketika seminar proposal. Sempat down dan mikir ganti tema, ditambah memang aku beneran mengalami bahwa BUMN tersebut sangat sulit dan sangat lama responnya dalam memberikan data, hampir sekitar dua bulan aku nunggu data untuk skripsi, padahal baru data untuk seminar dimana masih ada kemungkinan untuk ditolak dan ganti tema juga. Namun, aku mencoba untuk tetap menyelesaikan apa yang aku mulai dengan tetap bertahan dan ngejalanin tema itu sampai selesai meskipun setiap nunggu data turun hampir 2 bulan, nunggu administrasi surat selalu 2 minggu, nyari satu per satu tempat praktek responden, perjalanan malam hari hujan pula dan jalan pantura yang isinya truk dengan roda lebih dari 4.

    Cobaan kembali hadir ketika aku mau sidang skripsi. Sejujurnya, aku sedikit tidak paham dengan administrasi di jurusanku, jadwal sidang yang muncul, mendadak berganti ketika H-1 karena dosen pembimbingku sedang ada pemilihan rektor di kampus. Baiklah, aku mencoba menerima kenyataan bahwa sidangku ditunda selama 1 minggu. Hari H ketika sidangku dijadwalkan, aku konfirmasi kepada seluruh dosen pengujiku dan sekretaris ujian, ternyata sekretaris ujianku tidak bisa hadir dan membalas pesanku dengan "Mbak, nanti sekretaris ujian dirangkap oleh Penguji 1", aku langsung menghubungi beliau terkait pesan dari sekretaris jurusan, aku khawatir kalo aku gak ngehubugin beliau, beliau tidak tahu bahwa dapat pesan sedemikian. Namun, kata-kata yang aku pakai kurang tepat ketika menghubungi beliau,
    "Mohon maaf Pak, berhubung sekretaris ujian berhalangan hadir, beliau menginstruksikan Bapak untuk merangkap menjadi sekretaris ujian. Terima kasih Bapak"
    Coba tebak, kata apa yang yang menyinggung hati beliau, yap, 'menginstruksikan', beliau benar-benar marah dan balas pesan dengan
    "Oh ya? Instruksinya lewat kamu ya? Bener beliau ngomongnya saya instruksikan. Hati-hati loe kalo ngomong. Sori ya ujian BATAL. Cari penguji sendiri sana"
    Seketika aku yang baru selesai mandi langsung ganti baju tanpa dandan apa-apa dan menuju kampus, aku coba hubungi beliau kembali tapi diblokir, aku telp dan sms gak direspon, sangat tidak memungkinan untuk diundur lagi karena sudah 1 jam sebelum ujian dilaksanakan, ruangan, snack dan sebagainya juga sudah siap. Alhasil, ketika penguji lainnya sudah hadir begitupun dengan pembimbingku, aku menceritakan kembali kronologinya, dan pengujiku malah ketawa, karena I'm not the only one, ada banyak mahasiswa juga yang menurut dosen lainnya tidak ada masalah tapi sangat dipermasalahkan dengan beliau hanya karena kata-kata.
    Ujianku pun diundur kembali dengan nasib yang tidak jelas, apabila ganti dosen penguji, maka dipastikan ujianku akan bulan September atau Oktober dan aku harus mengubur dalam-dalam keinginan untuk wisuda bulan November.
    Aku nyoba untuk nyelesaiin masalah ini, aku temui beliau dan minta maaf terkait pesanku, beliau marah-marah, ngerendahin aku, dan lain lain. Aku masih bisa terima itu semua, tapi aku gak bisa terima beliau merendahkan orangtua dan keluargaku. Jangan karena orangtua ku hanya wirausaha dan beliau dosen, beliau patut merendahkan sedemikian rupa keluargaku. Tega gak sih kalian ngeliat orang tua kalian nangis karena direndahin?
    Aku paham kata-kataku kurang tepat, mahasiswa tempatnya salah, aku masih belajar untuk menjadi orang yang benar secara akademik maupun etika, sempat terlintas, apa patut seorang dosen merendahkan orang tua mahasiswanya?
    Yaa, tapi namanya aku yang butuh, mau gimanapun tetep yang tetep aku yang salah.
    Singkat cerita, beliau akhirnya mengiyakan untuk kembali menjadi penguji dan sidangpun dilaksanakan esok harinya, tepat pada hari ulang tahunku dan syukur Alhamdulillah, aku berhasil wisuda di bulan November 2018.
    That's it!!
    Kalo ada yang bilang skripsinya Amel mah enak, gampang. Setiap perjalanan hidup seseorang, ujiannya beda beda, begitupun dengan skripsi, aku dapet pembimbing yang baik tapi tidak dengan pengujiku. Jadi, semua hal pasti ada plus dan minusnya. Semoga saja skripsi ini memberikanku pelajaran untuk memiliki etika yang lebih baik dan sopan santun dengan tingkat lebih tinggi.

    Terima kasih telah membaca ceritaku hari ini, untukmu yang sedang skripsi, semangat ngerjain, untukmu yang belum skripsi, semoga dilancarkan dan untukmu yang sudah skripsi, jangan kapok belajar, jangan takut ketemu tesis atau disertasi, cheer up and keep smiling~

  • You might also like